...
Dia berkata : "Langit sedih dan terlihat murung."
Kujawab : "Tersenyumlah! Biarlah langit murung."
Dia berkata : "Langit yang dahulu menaungi cintaku kini telah berubah menjadi neraka bagiku karena membiarkanku terpanggang kerinduan. Ia telah mengkhianati janjinya kepadaku sedudah kuserahkan hatiku kepadanya maka bagaimana aku dapat tersenyum?"
Kujawab : "Tersenyumlah dan bersenandunglah. Seandainya engkau tetap merindukannya niscaya engkau akan menghabiskan usiamu dalam penderitaan."
Dia berkata : "Malam-malam yang kulalui meregukkan kepahitan kepadaku."
Kujawab : "Tersenyumlah,sekalipun engkau mereguk kepahitan. Mudah-mudahan orang lain yang melihat engkau bersenandung akan membuang kesedihannya jauh-jauh dan ikut bersenandung."
"Wahai sahabat tercinta, kedua bibirmu tidak akan sumbing karena tersenyum dan wajahmu tidak akan bopeng karena berseri.
Maka tersenyumlah, karena bintang-bintang tertawa ceria sekalipun kegelapan malam bertumpang-tindih. Karena itulah kami mengagumi bintang-bintang."
...
(... dari potongan syair Ilyya Abu Madhi, dalam Laa Tahzan..)
0 comments:
Post a Comment